Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label duniacory

kepada para pejuang cinta

KEPADA PARA PEJUANG CINTA Kepada para pejuang cinta Sebenarnya aku enggan bercerita Aku lelah menunggu pelangi Aku lelah menunggu badai berhenti Ada tersisipi rasa sepi sepanjang menunggu waktu pagi kepada para pejuang cinta kulihat… ada yang setia menemani lalu sang pujaaan pula berhenti di persimpangan sebelah kiri hingga kini kau sabar meniti hari menyelinap dalam bilik-bilik buah hati wahai para pejuang cinta engkau lupa hari lelah bekerja sepanjang hari demi rizki memadai berharap anak-anak tak malnutrisi bolak-balik buku resep tak pernah eksekusi kepada para pejuang cinta semalam kudengar derai tawamu bercerita putra-putri tumbuh cerdas segera masuk kuliah lalu pagi tadi kudengar si bungsu menangis tak ingin ditinggal ibunya kerja ia lemah tak berdaya dengan infus ditangannya kepada para pejuang cinta kita punya sedih sendiri-sendiri air matapun punya versi berbeda-beda maka maknai lel...

HUJAN PAGI TADI

   Teruntukmu yang pernah melihat hujan yang sama denganku pagi tadi Lewat deretan ruko warna-warni Water  ledeng yang berubah fungsi Sebelum itu toko Tahiti masih anggun Berdiri Kota ini… mengisahkan cinta tanpa alibi Teruntukmu yang pernah melihat hujan yang sama denganku pagi tadi Aku tak mampu bersembunyi Menuliskan sajak-sajak hangat berselimut  literasi Melewati jembatan titi kembar yang kini tak kembar lagi Menyusuri jalan tugu yang kini punya traffic light Kota ini… Pernah mengisahkan tragedi Teruntukmu yang pernah melihat hujan yang sama denganku pagi tadi Aku tak enggan bersembunyi Menyaksikan kota ini begitu madani Sambil menikmati kacang rebus  di taman-taman penuh inspirasi Kota ini… berbalut pemuda-pemudi dengan semangat literasi    Teruntukmu yang pernah melihat hujan yang sama denganku pagi tadi Aku tak mau tersesat sepi Kota ini… Aku mencintai… (Binjai,...

BULAN, ANDAIKAN KAU DISINI

“Ayaaaaah……mainan adek rusak ditarik kakak…” teriak si bungsu yang berkejaran sembari menangis memegang mainan. “ Kakak jangan begitu dong sama adeknya, kembalikan  mainan adeknya, Ayah sibuk ini” jawabku sambil membolak-balik buku  resep masakan. Suasana rumah begitu tak terkendali.  “Ah…begitu repotnya mengurus rumah” gumamku dalam hati. Seketika aku menyeka peluh dan melihat ikan yang kugoreng menggosong dikuali. Suasana pagi yang tak kondusif ini hampir membuat kepalaku pecah.Sebulan sudah. Bulan…andaikan kau disini… Pertengahan Maret 2018, 6 bulan lalu             “Tali sepatu adek terlilit ini Bundaaa…ga bisa diikat…” rengek si bungsu. Dengan sigap Bulan membenahinya. “ Bunda, buku Bahasa Indonesia kakak mana?”.”Di laci putih nomor 3 dekat buku Matematika.” Aku yang juga terburu-buru sarapan sambil memakai sepatuku.  Kukecup kening Namira dan Lala tak lupa Bulan, istriku sembari pamit berang...